
Jakarta Tidak Baik-Baik Saja: Duduki Peringkat Kedua Dunia dengan Kualitas Udara Terburuk
Published on Friday, August 8, 2025
Pada tanggal 16 September 2024, Jakarta kembali menjadi sorotan global terkait kualitas udara yang memburuk. Kota ini tercatat sebagai peringkat kedua dengan kualitas udara terburuk di dunia, menunjukkan betapa seriusnya masalah polusi yang dihadapi ibu kota. Berdasarkan data yang dirilis pada hari tersebut, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta mencapai angka yang sangat memprihatinkan, menempatkannya di bawah Lahore, Pakistan, yang menempati urutan pertama dengan AQI 176.
Di bawah Jakarta, posisi ketiga ditempati oleh Delhi, India dengan AQI 132, diikuti oleh Tashkent, Uzbekistan (132), Dubai, Uni Emirat Arab (132), dan Kuching, Malaysia (117). Polusi di Jakarta sebagian besar didominasi oleh partikel halus PM2.5 dan berbagai polutan lain yang berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan orang tua.
Pentingnya Pemantauan Kualitas Udara Secara Teratur
Peningkatan polusi udara yang drastis ini menggarisbawahi kebutuhan akan pemantauan kualitas udara yang lebih baik di Jakarta. Melalui pemantauan secara teratur, masyarakat dan pihak berwenang dapat lebih cepat mengambil langkah mitigasi untuk melindungi kesehatan publik. Data pemantauan kualitas udara yang akurat juga penting untuk membantu dalam merumuskan kebijakan lingkungan yang lebih efektif.
Meningkatkan Kesadaran Akan Risiko Kesehatan Akibat Polusi
Polusi udara yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan, penyakit jantung, dan masalah kronis lainnya. Kondisi ini menjadi alasan kuat bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan kualitas udara di sekitarnya dan mengambil tindakan preventif. Edukasi mengenai dampak kesehatan dari polusi dan bagaimana cara melindungi diri menjadi langkah awal yang perlu diambil oleh masyarakat luas.
Memahami Peran Sensor Kualitas Udara dalam Mitigasi Polusi
Untuk mendukung upaya mitigasi, teknologi pemantauan kualitas udara seperti sensor sangat penting dalam memberikan data real-time yang akurat. Misalnya, penggunaan Sensor Zephyr dapat membantu dalam memantau polutan seperti PM2.5, PM10, dan NO2 secara berkelanjutan. Dengan mengetahui kadar polusi udara secara tepat, masyarakat dapat lebih waspada dan membuat keputusan yang lebih baik terkait aktivitas luar ruangan, terutama saat kualitas udara berada pada level berbahaya.
PT Ganeca Environmental Services: Berkomitmen dalam Mendukung Upaya Pengelolaan Lingkungan
Ganeca Environmental Services (GES) berperan aktif dalam memajukan pemantauan dan pengelolaan kualitas udara di Indonesia. Melalui solusi inovatif seperti pemantauan menggunakan sensor, GES berupaya menyediakan data yang dapat membantu dalam merespons tantangan lingkungan yang semakin kompleks di kota-kota besar seperti Jakarta.
Bagi Anda yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemantauan kualitas udara dan solusi lingkungan lainnya, kunjungi situs web GESI.co.id untuk informasi lebih lanjut. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat di Indonesia.
Referensi yang digunakan dalam artikel ini:
- Liputan6. (2024, September 16). Jakarta Tidak Baik-Baik Saja, Duduki Peringkat Kedua Dunia dengan Kualitas Udara Terburuk pada 16 September 2024. Link artikel
- Antara. (2024, September 16). Peringkat kota-kota dengan kualitas udara terburuk di dunia, termasuk Lahore, Delhi, dan Dubai.
- Ganeca Environmental Services. (2024). Memahami Sensor Zephyr untuk Pemantauan Kualitas Udara. Link artikel